Inovasi Mahasiswa IPB University: Sosialisasi Pemanfaatan Sistem Informasi Iklim di Bidang Pertanian

Panji Pamungkas 02 Agustus 2024 13:07:04 WIB

Jumat 2 Agustus 2024 - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Inovasi IPB University telah melaksanakan kegiatan sosialisasi pemanfaatan Sistem Informasi Iklim di bidang pertanian di Dusun Semugih, Desa Semugih, Kecamatan Rongkop. Kegiatan yang diberi nama "Smart Climate Agriculture" (SCA) ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman petani tentang pentingnya data iklim dalam pertanian, khususnya dalam mengukur dan memanfaatkan informasi curah hujan.

Dusun Semugih sangat bergantung pada pertanian sebagai sumber utama mata pencaharian. Namun, hasil pertanian kerap kali mengalami gagal panen akibat ketidakterpenuhinya asupan air dari curah hujan. Pengetahuan masyarakat tentang pola curah hujan di daerah ini dan tata cara penggunaan data iklim untuk meningkatkan hasil pertanian masih kurang memadai. Oleh karena itu, diadakan sosialisasi yang fokus pada informasi pemanfaatan data iklim, terutama curah hujan, serta praktik cara mengukur curah hujan dengan menggunakan ombrometer.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan ombrometer, mengedukasi mereka tentang pentingnya data iklim di bidang pertanian, serta memperkenalkan pola hujan yang terjadi di Desa Semugih. Dengan demikian, diharapkan masyarakat dapat menyesuaikan varietas atau komoditas yang akan ditanam sesuai dengan kondisi iklim setempat. Program ini dilaksanakan secara langsung bersama warga setempat melalui metode sosialisasi yang menggunakan media visual seperti slide presentasi dan video untuk menjelaskan teori, serta simulasi dan praktik lapangan untuk demonstrasi penggunaan ombrometer dan pengambilan data lapangan.

Curah hujan di Dusun Semugih memiliki pola monsunal dengan puncak musim hujan terjadi pada periode bulan Desember-Februari dan puncak musim kemarau pada periode bulan Juni-Agustus. Pemahaman tentang pola curah hujan ini sangat penting bagi petani untuk menentukan waktu tanam yang tepat. Misalnya, tanaman jagung membutuhkan curah hujan sekitar 100-140 mm per bulan dan suhu optimal antara 21-34°C. Penanaman jagung dimulai ketika curah hujan sudah mencapai 100 mm per bulan, yang umumnya terjadi di awal musim hujan. Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, yang cocok ditanam saat puncak musim hujan. Tanaman kacang tanah membutuhkan curah hujan antara 45-200 mm per bulan dan membutuhkan tanah yang gembur dengan drainase baik.

Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam mengolah data iklim dan mengaplikasikannya dalam kegiatan pertanian sehari-hari. Secara ekonomi, dengan mengetahui pola hujan dan memanfaatkannya secara optimal, petani dapat mengurangi risiko gagal panen dan meningkatkan produktivitas tanaman, yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.

Selain pemahaman tentang curah hujan, potensi groundwater (air tanah) juga menjadi fokus penting dalam kegiatan ini. Air tanah merupakan komponen vital dalam siklus hidrologi yang terbentuk dari air hujan yang meresap ke dalam tanah melalui media pori dan retakan di daerah imbuhan. Di Gunung Kidul, topografi wilayah ditutupi oleh batuan gamping (karst) yang memiliki kerapatan, porositas, dan permeabilitas tinggi. Proses karstifikasi ini membentuk sungai bawah tanah yang mengalir pada jaringan rekahan. Mata air dengan debit besar sering ditemukan pada lapisan batuan gamping, yang menjadi sumber utama air tanah di daerah ini. Adanya regolith, yang merupakan selimut batuan dari pelapukan batuan atau tanaman, juga menandai keberadaan air tanah di wilayah ini. Dan berdasarkan pemetaan potensi air tanah yang dilakukan oleh mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University, terdapat aliran sungai yang cukup besar pada kedalaman lebih dari 100 meter dibawah permukaan tanah. Pemanfaatan optimal air tanah ini sangat penting untuk mendukung kegiatan pertanian di Dusun Semugih. Namun dari hasil pemetaan tersebut perlu dilakukan perhitungan lebih lanjut menggunakan infrastruktur yang memadai agar dapat diperoleh hasil yang pasti untuk dimanfaatkan.

Tantangan utama dalam implementasi program ini adalah memastikan petani dapat secara konsisten menggunakan ombrometer dan memanfaatkan data yang diperoleh untuk perencanaan tanam. Solusi yang diusulkan adalah memberikan pelatihan intensif dan pendampingan berkala oleh mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University, serta menyediakan bahan ajar yang mudah dipahami dan diakses oleh petani.

Kegiatan ini menunjukkan bahwa inovasi dalam pemanfaatan data iklim sangat penting untuk keberlanjutan pertanian di daerah tropis. Mahasiswa KKN-T Inovasi IPB University berharap kegiatan ini dapat menjadi model bagi desa lain dalam mengatasi masalah ketersediaan air dan meningkatkan hasil pertanian. Dengan demikian, kesejahteraan petani dapat meningkat dan sektor pertanian dapat berkembang lebih baik di masa depan.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung